Diabetes Melitus



DIABETES MELITUS

Diabetes Melitus - Pada umumnya penyakit diabetes ini ditemukan di daerah perkotaan, banyak yang menganggap bahwa penyakit diabetes ini adalah penyakit keturunan, padahal dari sejumlah penderita penyakit ini, masih sedikit yang tercatat disebabkan oleh faktor keturunan.
 Adapun pengertian dari Diabetes Melitus (Kencing Manis) adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat. Insulin adalah hormon yang dilepas oleh pangreas, yang merupakan zat utama yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang tepat. Insulin menyebabkan gula berpindah ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau di simpan sebagai cadangan energi.
Organisasi Kesehatan dunia (WHO) mengklasifikasikan bentuk diabetes mellitus berdasarkan perawatan dan simtoma :
1.      Diabetes tipe 1, yang meliputi simtoma ketoasidosis hingga rusaknya sel beta di dalam pankreas yang disebabkan atau menyebabkan autoimunitas, dan bersifat idiopatik. Diabetes mellitus dengan patogenesis jelas, seperti fibrosis sistik atau defisiensi mitokondria, tidak termasuk pada penggolongan ini.
2.      Diabetes tipe 2, yang diakibatkan oleh defisiensi sekresi insulin, seringkali disertai dengan sindrom resistansi insulin
3.      Diabetes gestasional, yang meliputi gestational impaired glucose tolerance, GIGT dan gestational diabetes mellitus, GDM.
 Dan menurut tahap klinis tanpa pertimbangan patogenesis, dibuat menjadi:
1.      Insulin requiring for survival diabetes, seperti pada kasus defisiensi peptida-C.
2.      Insulin requiring for control diabetes. Pada tahap ini, sekresi insulin endogenus tidak cukup untuk mencapai gejala normoglicemia, jika tidak disertai dengan tambahan hormon dari luar tubuh.
3.      Not insulin requiring diabetes.

Diabetes melitus tipe 1
Diabetes mellitus tipe 1, diabetes anak-anak ( childhood-onset diabetes, insulin-dependent diabetes mellitus, IDDM  ) adalah diabetes yang terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah akibat hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Sampai saat ini IDDM tidak dapat dicegah dan tidak dapat disembuhkan, bahkan dengan diet maupun olah raga. Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal.
Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.
Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin, dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap paling awal sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa mengakibatkan kematian. Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan olahraga). Terlepas dari pemberian injeksi pada umumnya, juga dimungkinkan pemberian insulin melalui pump, yang memungkinkan untuk pemberian masukan insulin 24 jam sehari pada tingkat dosis yang telah ditentukan, juga dimungkinkan pemberian dosis (a bolus) dari insulin yang dibutuhkan pada saat makan. Serta dimungkinkan juga untuk pemberian masukan insulin melalui "inhaled powder".
Perawatan diabetes tipe 1 harus berlanjut terus. Perawatan tidak akan memengaruhi aktivitas-aktivitas normal apabila kesadaran yang cukup, perawatan yang tepat, dan kedisiplinan dalam pemeriksaan dan pengobatan dijalankan. Tingkat Glukosa rata-rata untuk pasien diabetes tipe 1 harus sedekat mungkin ke angka normal (80-120 mg/dl, 4-6 mmol/l). Beberapa dokter menyarankan sampai ke 140-150 mg/dl (7-7.5 mmol/l) untuk mereka yang bermasalah dengan angka yang lebih rendah, seperti "frequent hypoglycemic events". Angka di atas 200 mg/dl (10 mmol/l) seringkali diikuti dengan rasa tidak nyaman dan buang air kecil yang terlalu sering sehingga menyebabkan dehidrasi. Angka di atas 300 mg/dl (15 mmol/l) biasanya membutuhkan perawatan secepatnya dan dapat mengarah ke ketoasidosis. Tingkat glukosa darah yang rendah, yang disebut hipoglisemia, dapat menyebabkan kehilangan kesadaran.

Diabetes melitus tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 ( adult-onset diabetes, non-insulin-dependent diabetes mellitus,NIDDM ) merupakan tipe diabetes mellitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen, termasuk yang mengekspresikan disfungsi sel β, gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel terhadap insulin yang disebabkan oleh disfungsi GLUT10 dengan kofaktor hormon resistin yang menyebabkan sel jaringan, terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap insulin serta RBP4 yang menekan penyerapan glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi gula darah oleh hati. Mutasi gen tersebut sering terjadi pada kromosom 19 yang merupakan kromosom terpadat yang ditemukan pada manusia.
Pada NIDDM ditemukan ekspresi SGLT1 yang tinggi, rasio RBP4 dan hormon resistin yang tinggi, peningkatan laju metabolisme glikogenolisis dan glukoneogenesis pada hati, penurunan laju reaksi oksidasi dan peningkatan laju reaksi esterifikasi pada hati.
NIDDM juga dapat disebabkan oleh dislipidemia, lipodistrofi, dan sindrom resistansi insulin.
Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Hiperglisemia dapat diatasi dengan obat anti diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori yang menyebutkan penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas sentral diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin, dalam kaitan dengan pengeluaran dari adipokines ( nya suatu kelompok hormon) itu merusak toleransi glukosa. Obesitas ditemukan di kira-kira 90% dari pasien dunia dikembangkan diagnosis dengan jenis 2 kencing manis. Faktor lain meliputi mengeram dan sejarah keluarga, walaupun di dekade yang terakhir telah terus meningkat mulai untuk memengaruhi anak remaja dan anak-anak.

Diabetes tipe 2 dapat terjadi tanpa ada gejala sebelum hasil diagnosis. Diabetes tipe 2 biasanya, awalnya, diobati dengan cara perubahan aktivitas fisik (olahraga), diet (umumnya pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat pengurangan berat badan. Ini dapat memugar kembali kepekaan hormon insulin, bahkan ketika kerugian berat/beban adalah rendah hati,, sebagai contoh, di sekitar 5 kg ( 10 sampai 15 lb), paling terutama ketika itu ada di deposito abdominal yang gemuk. Langkah yang berikutnya, jika perlu,, perawatan dengan lisan . Produksi hormon insulin adalah pengobatan pada awalnya tak terhalang, lisan ( sering yang digunakan di kombinasi) kaleng tetap digunakan untuk meningkatkan produksi hormon insulin ( e.g., sulfonylureas) dan mengatur pelepasan/release yang tidak sesuai tentang glukosa oleh hati ( dan menipis pembalasan hormon insulin sampai taraf tertentu ( e.g., metformin), dan pada hakekatnya menipis pembalasan hormon insulin ( e.g., thiazolidinediones). Jika ini gagal, ilmu pengobatan hormon insulin akan jadilah diperlukan untuk memelihara normal atau dekat tingkatan glukosa yang normal. Suatu cara hidup yang tertib tentang cek glukosa darah direkomendasikan dalam banyak kasus, paling terutama sekali dan perlu ketika mengambil kebanyakan pengobatan.

Diabetes melitus tipe 3
Diabetes mellitus gestasional ( gestational diabetes mellitus ) atau diabetes melitus yang terjadi hanya selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan, dengan keterlibatan interleukin-6 dan protein reaktif C pada lintasan patogenesisnya. GDM mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–50% dari wanita penderita GDM bertahan hidup.
Diabetes melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 2–5% dari semua kehamilan. GDM bersifat temporer dan dapat meningkat maupun menghilang setelah melahirkan. GDM dapat disembuhkan, namun memerlukan pengawasan medis yang cermat selama masa kehamilan.
Meskipun GDM bersifat sementara, bila tidak ditangani dengan baik dapat membahayakan kesehatan janin maupun sang ibu. Resiko yang dapat dialami oleh bayi meliputi makrosomia (berat bayi yang tinggi/diatas normal), penyakit jantung bawaan dan kelainan sistem saraf pusat, dan cacat otot rangka. Peningkatan hormon insulin janin dapat menghambat produksi surfaktan janin dan mengakibatkan sindrom gangguan pernapasan. Hyperbilirubinemia dapat terjadi akibat kerusakan sel darah merah. Pada kasus yang parah, kematian sebelum kelahiran dapat terjadi, paling umum terjadi sebagai akibat dari perfusi plasenta yang buruk karena kerusakan vaskular. Induksi kehamilan dapat diindikasikan dengan menurunnya fungsi plasenta. Operasi sesar dapat akan dilakukan bila ada tanda bahwa janin dalam bahaya atau peningkatan resiko luka yang berhubungan dengan makrosomia, seperti distosia bahu.
Penyebab Diabetes Melitus
Penyebab diabetes biasanya karena hasil insuli tidak cukup untuk mengakomodasi kadar gula dan sel-sel tubuh tidak merespon insulin. Dan ini biasanya terjadi karena kandungan lemak yang besar dalam tubuh tidak sempurna karena kurangnya aktivitas setiap hari. Penyebab lainya biasanya dikarenakan:
Ø  Kurangnya insulin karena virus atau faktor gizi pada saat anak-anak tidak memadai.
Ø  Pengaruh genetik atau keturunan
Ø  Terjadinya obesitas
Ø  Tingginya kadar kortikosteroid
Ø  Adanya kehamilan yang membuat kurangnya kadar insulin dalam darah
Ø  Tubuh racun yang mempengaruhi kinerja insulin

Gejala Penyakit Diabetes Melitus

Ø  Kelebihan gula darah di atas 160-180 mg / dl, membuat urin dicampur dengan gula.
Ø  Ketika gula darah berada dalam tekanan yang lebih tinggi akan terjadi poliuri
Ø  Terjadinya polidipsia atau haus berlebihan
Ø  Terjadinya penurunan berat badan
Ø  Penglihatan kabur, mual dan pusing,
Ø  Kurangnya daya tahan tubuh karena terlalu banyak berolahraga yang dilakukan secara tidak teratur


Penanggulangan Diabetes Melitus
1. Lakukan pemeriksaan fisik setiap tahun
 Selain pemeriksaan rutin untuk mengawasi perawatan diabetes, lakukan juga pemeriksaan fisik sekali setahun. Dokter akan mencari masalah yang dapat terjadi akibat penyakit ini seperti komplikasi pada mata, ginjal dan jantung
2. Periksa mata setahun sekali
 Pergi ke spesialis mata sekali tiap tahun dapat membantu untuk mendeteksi masalah penglihatan yang berkaitan dengan diabetes untuk dapat mendeteksi secara dini, sehingga lebih mudah ditangani maupun dicegah. Bila menderita diabetes dengan tekanan darah tinggi, penyakit ginjal atau kolesterol, mungkin diperlukan pemeriksaan ke spesialis mata lebih dari sekali dalam setahun.
3. Temui dokter gigi setahun dua kali
 Kadar gula darah yang tinggi mengganggu sistem kekebalan tubuh, membatasi kemampuan tubuh untuk berperang dengan bakteri dan virus yang menyebabkan infeksi. Karena mulut penuh dengan bakteri, maka infeksi juga dapat terjadi pada gusi. Oleh sebab itu sangat dianjurkan untuk menemui dokter gigi setahun dua kali untuk memeriksakan kesehatan mulut dan gigi
4. Vaksinasi tepat waktu
 Selalu up to date terhadap vaksinasi yang dapat membantu mencegah terjadinya komplikasi akibat diabetes. Contohnya adalah:
Ø  Vaksinasi flu tahunan. Berapapun usia, maka penderita diabetes akan rentan terkena influenza daripada yang tidak menderita diabetes. Penderita diabetes rentan terserang flu daripada orang yang tidak menderita diabetes. Karena diabetes pula, maka flu dapat berkembang menjadi komplikasi yang serius, termasuk diabetic ketoacidosis (DKA) dan sindrom hiperosmolar.
Ø  Vaksin untuk radang paru. Hampir tiap dokter akan merekomendasikan pada penderita diabetes untuk vaksinasi radang paru-paru. Apabila telah menderita komplikasi akibat diabetes atau berusia lebih dari 65 tahun maka akan dibutuhkan vaksinasi ulang setiap 5 tahun.
Ø  Vaksinasi lainnya. Selalu uptodate terhadap vaksinasi tetanus juga jangan lupa untuk vaksinasi ulang setiap 10 tahun. Vaksinasi hepatitis B juga sangat penting.
5. Rawat kebersihan dan kesehatan kaki
 Penderita diabetes beresiko tinggi untuk menderita penyakit pada kaki dalam dua cara yaitu:
Ø  Diabetes dapat merusak syaraf-syaraf di kaki (neuropathy), mengurangi sensasi nyeri. Ini berarti dapat terjadi ruam dan memar tanpa menyadarinya.
Ø  Diabetes dapat menyempitkan atau menutup arteri (atherosklerosis), mengurangi aliran darah menuju kaki. Dengan kurangnya darah untuk memberi makan jaringan di kaki, maka luka akan semakin sulit untuk sembuh. Sayatan yang tersembunyi atau luka kecil yang terlindung oleh sepatu atau kaus kaki dapat dengan cepat berkembang menjadi luka yang serius.
6. Jangan merokok
 Orang yang mengidap diabetes dan merokok sering kali ditemukan meninggal karena serangan jantung, stroke dan penyakit lainnya daripada penderita diabetes yang tidak merokok. Hal ini karena:
Ø  Merokok menyempitkan pembuluh darah, serta menurunkan aliran darah menuju kaki. Penyempitan arteri meningkatkan resiko dari serangan jantung dan stroke, dan juga membuat luka menjadi lebih sukar untuk sembuh.
Ø  Merokok meningkatkan resiko untuk kerusakan syaraf dan penyakit ginjal.
Ø  Merokok juga mengganggu sistem kekebalan tubuh, sehingga membuat lebih rentan terhadap infeksi pernafasan dan influenza.
7. Minum aspirin tiap hari
 American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan para pengidap diabetes untuk mengkonsumsi aspirin setiap hari satu kali karena dapat mengurangi resiko terkena serangan jantung. Dosis yang direkomendasikan adalah mulai dari 81 mg sehari,hingga 325 mg sehari. Mengkonsumsi lebih dari jumlah tersebut tidak akan meningkatkan keuntungannya. Konsultasikan pada dokter untuk meyakinkan apakah aspirin aman untuk diminum harian, bila iya, cari tahu berapa banyak dosis aspirin yang harus digunakan.
8. Awasi tekanan darah
 Sama seperti diabetes, tekanan darah yang tinggi juga dapat merusak pembuluh darah. Bila kedua keadaan ini muncul, maka dapat terjadi serangan jantung, stroke atau kondisi lain yang mengancam jiwa.
Untuk orang dewasa dengan atau tanpa diabetes, tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg. Bila anda memiliki tekanan darah tinggi atau diabetes, ADA merekomendasikan untuk mendapatkan perawatan yang bertujuan agar tekanan darah tidak lebih dari 130/80 mmHg. Kebiasaan hidup sehat yang dapat mempertahankan kadar gula darah yaitu makan makanan yang seimbang dan olah raga yang rutin dapat pula menurunkan tekanan darah. Menurunkan jumlah garam (natrium) dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari dan membatasi jumlah alkohol juga penting untuk mengontrol tekanan darah.
9. Memeriksa kadar gula darah
 Mengatur kadar gula darah merupakan hal yang paling penting untuk merasa lebih baik dan mencegah komplikasi lebih lanjut dari diabetes. Dengan mengawasi kadar gula darah dan tetap menjaganya normal, maka akan mengurangi resiko kerusakan mata, ginjal, pembuluh darah dan syaraf.
10. Penanganan stress
 Stress dapat meningkatkan produksi hormon yang dapat memblokir efek dari insulin, yang menyebabkan kadar gula darah meningkat. Bila sedang terserang stress, maka akan sulit untuk merawat diri sendiri maupun mengelola diabetes. Anda mungkin tidak sempat untuk mengkonsumsi makanan yang dianjurkan, memeriksa kadar gula darah, berolah raga atau minum obat seperti yang telah diresepkan. Stress yang berkepanjangan juga dapat menyebabkan depresi oleh sebab itu penanganan stress yang baik sangat dibutuhkan.

Simtoma klinis
Simtoma hiperglisemia lebih lanjut menginduksi tiga gejala klasik lainnya:
Ø  poliuria - sering buang air kecil
Ø  polidipsia - selalu merasa haus
Ø  polifagia - selalu merasa lapar
Ø  penurunan berat badan, seringkali hanya pada diabetes mellitus tipe 1
dan setelah jangka panjang tanpa perawatan memadai, dapat memicu berbagai komplikasi kronis, seperti:
Ø  gangguan pada mata dengan potensi berakibat pada kebutaan,
Ø  gangguan pada ginjal hingga berakibat pada gagal ginjal
Ø  gangguan kardiovaskular, disertai lesi membran basalis yang dapat diketahui dengan pemeriksaan menggunakan mikroskop elektron,[34]
Ø  gangguan pada sistem saraf hingga disfungsi saraf autonom, foot ulcer, amputasi, charcot joint dan disfungsi seksual,
dan gejala lain seperti dehidrasi, ketoasidosis, ketonuria dan hiperosmolar non-ketotik yang dapat berakibat pada stupor dan koma.
Ø  rentan terhadap infeksi.
Kata diabetes mellitus itu sendiri mengacu pada simtoma yang disebut glikosuria, atau kencing manis, yang terjadi jika penderita tidak segera mendapatkan perawatan.
Diagnosis Diabetes Melitus
Seseorang didiagnosis menderita DM jika ia mengalami satu atau lebih kriteria di bawah ini:
Ø  Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma sewaktu  ≥200 mg/dL
Ø  Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma puasa  ≥126 mg/dL
Ø  Kadar gula plasma 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) ≥200 mg/dL
Ø  Pemeriksaan HbA1C ≥ 6.5%
Keterangan:
Ø  Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir pasien.
Ø  Puasa artinya pasien tidak mendapat kalori tambahan minimal selama 8 jam.
Ø  TTGO adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memberikan larutan glukosa khusus untuk diminum. Sebelum meminum larutan tersebut akan dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah, lalu akan diperiksa kembali 1 jam dan 2 jam setelah meminum larutan tersebut. Pemeriksaan ini sudah jarang dipraktekkan.
Tabel Diagnosis Diabetes

Pemeriksaan
Darah
Bukan DM
Belum Pasti DM
DM
Kadar glukosa darah
Plasma vena
<100
100 – 199
≥200
Sewaktu (mg/dl)
Darah kapiler
<90
90 – 199
≥200
Kadar glukosa darah
Plasma vena
<100
100 – 125
≥126
Puasa (mg/dl)
Darah kapier
<90
90 - 99
≥100



1 komentar:

  1. keren banget nih postingann.ya soalnya gua lagi butuh tentang diabetes mellitus thanks atas informasinya...

    BalasHapus

 

Blogroll

About

Dapatkan Info dri blog ini, jangan lupa komentarnya...!!!!!